Divino Afflante Spiritu

Divino Afflante Spiritu.

("Dengan firasat Roh Allah").

Demikian bunyi kata-kata pertama surat edaran ensiklik Paus Pius XII tentang studi Kitab Suci yang harus disesuaikan dengan tuntutan zaman (30.9.1943). Surat ensiklik itu menekankan perlunya menggunakan segala ilmu pengetahuan modern selaku perlengkapan pembantu dalam menghadapi soal-soal eksegetis yang sukar. Dengan surat ensiklik itu dibukalah suatu zaman baru bagi penyelidikan Kitab Suci di kalangan Katolik. Bagian pertama ensiklik merupakan bagian sejarah, yang mengungkapkan perkembangan ilmu pengetahuan Alkitab sejak surat edaran ensiklik "Providentissimus" (1893) dari Paus Leo XIII (: Pendirian sekolah Alkitab di Yerusalem, Komisi Biblika, Institut Biblika, Gerakan Alkitab). Bagian kedua adalah bagian ajaran, yang memuat tugas-tugas ilmu pengetahuan Kitab Suci di waktu sekarang. Bagian ini menganjurkan penggunaan teks asli. Menganjurkan pula studi bahasa-bahasa Kitab Suci dan menunjukkan pentingnya kritik teks. ~D menekankan kedudukan nilai tertinggi dari pengertian harafiah Kitab Suci (: sensus litteralis) dan memberikan pedoman-pedoman untuk penggunaan pengertian lambang dari dalam Kitab Suci (: sensus typicus). Tugas khusus yang dibebankan pada para ahli Kitab Suci adalah usaha mereka, agar menekankan perhatian pada sifat khas penulis KS. Diharapkan pula agar memperhatikan ciri-ciri khas sastra yang bersangkutan dengan teks KS. Akhirnya ~D mendesak keras, agar diadakan penyelesaian atas masalah-masalah yang masih mengambang. ~D mempunyai pengaruh yang menentukan bagi Instruksi Komisi Biblika mengenai kebenaran historis Injil-Injil dan bagi Konstitusi "Dei Verbum" dari Konsili Vatikan II. Meskipun demikian beberapa tuntutannya ternyata masih memperoleh tanggapan terlalu kecil dikalangan resmi Gereja.